BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti
seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan
akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan
batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory
tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat
ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Saluran
pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,
udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung,
sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan
silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah
superior menuju faring.
Secara
umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari
hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik
dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut
WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus.
Penyakit ini dapat disertai demam pada anak
selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi
pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan
melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana kosep
dasar Penyakit ISPA ?
b.
Bagaimana tentang
gambaran tentang pengkajian pada anak dengan Penyakit ISPA ?
c.
Bagaimana rumusan
diagnosa keperawatan pada anak dengan dengan Penyakit ISPA ?
d.
Bagaimana rencana
keparawatan pada anak dengan Penyakit ISPA?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui
tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak
dengan Penyakit ISPA.
b.
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran
asuhan keperawatan meliputi :
Mampu memberikan :
·
Mampu menjelaskan
kosep dasar Penyakit ISPA.
·
Mampu memberikan
gambaran tentang pengkajian pada anak dengan Penyakit ISPA.
·
Mampu merumuskan
diagnosa keperawatan pada anak dengan
Penyakit ISPA.
·
Mampu membuat
rencana keparawatan pada anak dengan Penyakit ISPA.
1.4 METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dengan
menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara mencari dan membaca
literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet.
1.5 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup
pada makalah ini, paenulis hanya membatasi pada ”Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit
ISPA” secara teoritis.
1.6 SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan
sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : BAB I adalah pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II adalah landasan teoritis yang
terdiri dari konsep penyakit Hidrosefalus dan asuhan keperwatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperwatan dan intervensi keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP DASAR
PENYAKIT
A. DEFENISI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan
dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran
Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam
lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah
bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis.
Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu
salah satunya adalah Pneumonia.(WHO).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit
yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini
adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut
mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan,
daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley
and Wong; 1991; 1419).
Menurut Corwin (2001), infeksi saluran
pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common
cold, faringitis, radang tenggorokan, dan laringitis.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang
dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau
struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.DepKes RI (1998).
B.
EPIDIMIOLOGI
Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan
terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan
angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih
mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya
diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220).
Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman)
dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran
pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung
jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari
virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya
leukositosis polimorfonuklear (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).
C.
FAKTOR PRIDIOPOSISI
1.
Factor Pencetus ISPA
a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
c. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota
besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
2.
Faktor
Pendukung Penyebab ISPA
a.
Kondisi
Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak
peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap
serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong
meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
b.
Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih
rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c.
Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun
kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan
ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.
d.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
e.
Lingkungan
dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama
penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan,
curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air
susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit
maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan
nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti
paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).
D.
ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan
kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai
etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan
mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan
jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan
Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya
bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat
perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain
golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa,
virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus
para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan,
bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa
bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan
kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus
influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).
E.
KLASIFIKASI
Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini,
penggunaan pola tatalaksana penderita ISPA adalah Balita, dengan gejala batuk
dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri terdiri
atas 4 bagian yakni pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan
klasifikasi penyakit, dan pengobatan juga tindakan.
Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan
atas dua kelompok, yakni kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun
dan kelompok umur kurang dari dua bulan.
1.
Untuk kelompok umur 2 bulan -
<5 tahun klasifikasi dibagi atas :
a.
Pneumonia berat
b.
Pneumonia
c.
Bukan Pneumonia.
2.
Untuk kelompok umur < 2
bulan klasifikasi dibagi atas:
a.
Pneumonia berat
b.
Bukan Pneumonia
Sedangkan masing-masing gejala
untuk klasifikasi di atas adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - <5 tahun. Sedangkan
untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis Pneumonia berat ditandai
dengan adanya nafas cepat (fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing).
Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya
napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast breathing) pada anak usia 2
bulan - <1 tahun adalah 50 kali per menit dan 40 kali per menit untuk anak
usia 1 - < 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk yang tidak menunjukkan
gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup
penyakit ISPA selain Pneumonia. Contohnya batuk pilek biasa (common cold),
pharyngitis, tonsilitis, dan otitis.
F.
PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan
berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan
refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick,
1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding
saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa
yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA
yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi
terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi
kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi
mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell,
1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat
menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas,
sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak
harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang
terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa
saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit
ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a.
Tahap prepatogenesis, penyebab
telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b.
Tahap inkubasi, virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan
gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c.
Tahap dini penyakit, dimulai
dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.
d.
Tahap lanjut penyakit, dibagi
menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi
kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
G.
WOC
H.
TANDA DAN GEJALA
1.
Tanda-tanda ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan
yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratories.
Tanda-tanda klinis :
·
Pada sistem respiratorik
adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas
cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
·
Pada sistem cardial adalah:
tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
·
Pada sistem cerebral adalah :
gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan
coma.
·
Pada hal umum adalah : letih
dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
·
Hypoxemia,
·
Hypercapnia dan
·
Acydosis (Metabolik dan atau
Respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang
dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang
dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing, demam dan dingin.
2.
Gejala ISPA
a.
Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
·
Batuk
·
Serak, yaitu anak bersuara
parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau
menangis)
·
Pilek, yaitu mengeluarkan
lendir atau ingus dari hidung.
·
Panas atau demam, suhu badan
lebih dari 37oC
b.
Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang dinyatakan menderita
ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
·
Pernafasan cepat (fast
breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5
tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40
kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
·
Suhu lebih dari 390C (diukur
dengan termometer)
·
Tenggorokan berwarna merah
·
Timbul bercak-bercak
merah pada kulit menyerupai bercak campak.
·
Telinga sakit atau
mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
·
Pernafasan berbunyi seperti mengorok
(mendengkur)
c.
Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut
:
·
Bibir atau kulit membiru
·
Anak tidak sadar atau
kesadaran menurun
·
Pernafasan berbunyi seperti
mengorok dan anak tampak gelisah
·
Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas .
·
Nadi cepat lebih dari 160 kali
per menit atau tidak teraba.
·
Tenggorokan berwarna merah
I.
KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya merupakan self
limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi
kuman lainnya.Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal,
penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah
dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret
purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut
yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang
dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat
diobati dengan memberikan antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus
langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala
OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya
dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala
demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare.Karena bayi yang menderita
batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan
terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul
kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam
diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput
telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis
media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a)
Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b)
Posisi bayi anak yang selalu
terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi penyaluran
sekret.
c)
Hipertrofi kelenjar limfoid
nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi
mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,
trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi
jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
J.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
( TERMASUK INTERVENSI FARMAKOLOGIS )
Pengobatan pada ISPA
1.
Pneumonia berat : dirawat di
rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan
sebagainya.
2.
Pneumonia: diberi obat
antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi /
tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin
3.
Bukan pneumonia: tanpa
pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol.Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss
dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Untuk perawatan ISPA dirumah
ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
·
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
·
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
·
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.Pemberian ASI pada
bayi yang menyusu tetap diteruskan.
·
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
·
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup dan tidak berasap.Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
K.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan
kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju
endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga
disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika
diperlukan (Victor
dan Hans; 1997; 224).
2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku,pekerjaan, status perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung
jawab, No. regester, diagnosa masuk, alamat.
2. riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh
demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan
b. Riwayat penyakit
sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit
dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit
keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota
keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
e. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal
di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
3.kebutuhan dasar
manusia
Ø Aktifitas atau
istirahat
Gejala:letih,lemah,lesu.lunglai,lelah.
Tanda:perubahan kesadaran
Ø Sirkulasi
Gejala:perubahan tekanan
darah,brakikardi,takikardi
Ø Integritas ego
Gejala:perubahan tingkah laku
Tanda:mudah tersinggung
Ø Nyeri
Gejala:sakit kepala
Ø
B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Hipertermi berhubungan dengan
invasi mikroorganisme.
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan dalam memasukan
dan mencerna makanan
4. Kurang pengetahuan tentang
penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
5. INTERVENSI
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1.
Bersihan jalan nafas napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
|
NOC:
Respiratory status : Ventilation.
Respiratory status : Airway
patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
|
Airway Management
· Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
· Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
· Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan.
· Pasang mayo bila perlu.
· Lakukan fisioterapi dada jika
perlu.
· Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction.
· Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan.
· Lakukan suction pada mayo.
· Berikan bronkodilator bila
perlu.
· Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab.
· Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
Terapi oksigen
· Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
· Pertahankan jalan nafas yang
paten.
· Atur peralatan oksigenasi.
· Monitor aliran oksigen.
· Pertahankan posisi pasien
· Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
· Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
· Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
· Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
· Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri.
· Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan.
· Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
· Monitor suara paru.
· Monitor pola pernapasan
abnormal.
· Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
· Monitor sianosis perifer.
· Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik).
· Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
|
2.
Hipertermi b/d invasi mikroorganisme
|
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
·
Suhu tubuh dalam rentang normal.
·
Nadi dan RR dalam rentang normal.
·
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
|
Fever treatment
·
Monitor suhu sesering mungkin
·
Monitor IWL
·
Monitor warna dan suhu kulit
·
Monitor tekanan darah, nadi dan RR.
·
Monitor penurunan tingkat kesadaran.
·
Monitor WBC, Hb, dan Hct
·
Monitor intake dan output
·
Berikan anti piretik
·
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
·
Selimuti pasien
·
Lakukan tapid sponge
·
Kolaborasipemberian cairan intravena
·
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
·
Tingkatkan sirkulasi udara
·
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
· Monitor suhu minimal tiap 2
jam
· Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
· Monitor TD, nadi, dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
· Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi.
· Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan tubuh
· Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
· Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan.
· Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan.
· Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan.
· Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
·
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
·
Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
·
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri.
·
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
·
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
·
Monitor frekuensi dan irama pernapasan.
·
Monitor suara paru.
·
Monitor pola pernapasan abnormal.
·
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
·
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik).
· Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
|
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
|
NOC :
·
Nutritional Status : food and Fluid Intake
·
Nutritional Status : nutrient Intake.
·
Weight control
Kriteria Hasil :
·
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
·
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
·
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
·
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
·
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
· Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.
|
Nutrition Management
·
Kaji adanya alergi makanan.
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
·
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
·
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
·
Berikan substansi gula.
·
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
·
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
·
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
·
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
·
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
·
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
·
BB pasien dalam batas normal.
·
Monitor adanya penurunan berat badan.
·
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.
·
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan.
·
Monitor lingkungan selama makan
·
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
·
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentas
·
Monitor turgor kulit
·
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
·
Monitor mual dan muntah
·
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
·
Monitor makanan kesukaan
·
Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
·
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
·
Monitor kalori dan intake nuntrisi
·
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
· Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
|
4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b/d
kurang informasi.
|
NOC :
Kowlwdge : disease process.
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
·
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
·
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
·
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
|
Teaching : disease Process
·
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
·
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
·
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
·
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
·
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
·
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat.
·
Hindari jaminan yang kosong.
·
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat.
·
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.
·
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
·
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan.
·
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat.
·
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat.
·
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan
dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Hipertermi berhubungan dengan
invasi mikroorganisme.
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan dalam memasukan
dan mencerna makanan
4. Kurang pengetahuan tentang
penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.
B. SARAN
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih.
Good Idea this blog is verry nice, Thanks for information and good Site and The best Author
ReplyDeleteObat Hernia Anak
Obat Hidrokel Anak
Cara Menyembuhkan Hidrokel
Baja Ringan Tangerang
Penjual Baja Ringan di Tangerang
Mengenali penyebab Jantung bengkak
Puisi AKar Sebuah Negeri
Resep Cake Lapis Enting
60 Kata-Kata Mutiara Gusmus